Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Gen Z Lebih Memilih Mendengarkan Backburner daripada Cinta dan Air Mata

Gambar oleh Elviss Railijs, diunduh melalui istockphoto.com

Penulis: Kurniawan Sugiarto (Ketua Bidang Medkom PK IMM Avempace)


Beberapa hari ini sosial media sedang ramai dengan tren “pasien Niki”, yang berisikan segerombol kawula muda sedang dilanda perasaan sedih atau istilah gaulnya galau. Lantas muncul beberapa pertanyaan, siapa itu Niki? dan mengapa lagunya bisa membuat beberapa pemuda menjadi galau brutal?

Singkatnya Niki adalah seorang penyanyi dengan nama asli Nicole Zefanya. Penyanyi asal Indonesia ini merupakan penyanyi yang populer dengan lagunya Backburner. Mengapa ia begitu terkenal dan lagunya diminati banyak orang? terbukti dengan pemutaran sebanyak 220 juta kali di Spotify.

Lalu mengapa para Gen Z hanya sedikit yang mendengar Cinta dan Air Mata karya Fendik Adella, dengan perbandingan pemutaran di platform yang sama, lagu Cinta dan Air Mata hanya diputar sebanyak 5 juta kali. 

Apakah penggambaran lirik dalam lagu tersebut kurang menarik? apakah penggalan lirik “walau ku menangis darah, itu semua percuma saja” kurang mengekspresikan kegalauan seseorang? atau apakah kiasan lirik di awal lagu yang sangat puitis itu kurang menunjukkan nuansa sedih?

Sederhananya, Backburner adalah lagu indie sedangkan Cinta dan Air Mata adalah lagu dangdut. 

Dua lagu ini sama-sama lagu galau, Backburner bercerita tentang seseorang yang dijadikan pilihan kedua dalam sebuah hubungan, lalu Cinta dan Air Mata bercerita tentang kesedihan seseorang yang ditinggal kekasihnya karena jodoh pilihan orang tua. Dua-duanya sama menggambarkan betapa sedihnya perasaan saat orang yang kita cintai, lebih memilih hal yang lain. 

Lalu kenapa Backburner yang indie ini lebih banyak didengar daripada Cinta dan Air Mata?

Pertanyaan ini sama dengan “kenapa festival musik di kampus lebih memilih mengundang Bernadya daripada mengundang Adella (salah satu nama orkes dangdut terkenal di Indonesia)?” atau “kenapa acara nikahan di kampung cenderung lebih memilih nanggap dangdutan daripada mengundang Sal Priadi featuring Nadin Amizah sebagai hiburan di acara mereka?”

Jawabannya adalah selera musik. Kenapa lagu indie lebih banyak didengar dan diterima di telinga Gen Z? karena lagu indie identik dengan kebebasan berekspresi, musik ini bisa merepresentasikan Gen Z dengan lirik-lirik di tiap lagunya. 

Musik indie mencerminkan pengalaman dan pandangan tentang anak muda. Ia berbicara tentang perjuangan, identitas, cinta, dan perubahan sosial. Hal inilah yang membuat Gen Z lebih merasa terwakilkan. 

Aliran musik yang mulai banyak didengarkan dari tahun 1920 ini bukan hanya bicara soal kebebasan dan representasi diri, musik ini juga bicara tentang modernisasi. Bagaimana aliran musik ini merajai berbagai platform streaming musik dengan begitu hebatnya.

Lalu bagaimana dengan Gen Z yang memilih galau dengan mendengarkan Cinta dan Air Mata? Apakah akan terkena sanksi sosial? Atau akan dihajar lalu dipolisikan? Jawabannya tidak ada masalah. Karena Cinta dan Air Mata sebagai lagu dangdut juga punya ciri khas dan punya pendengar sendiri. 

Genre ini punya ciri di alat musik kendangnya, punya cengkok di tiap penyanyinya dan pan punya lirik puitis di tiap baitnya. Musik ini juga punya bunyi seruling khas yang memanjakan telinga serta eksistensi saksofon yang menjadi bukti bahwa musik ini juga mengikuti perkembangan zaman. 

Ada juga pertunjukan musik dangdut dengan iringan alat musik digital yang menandakan bahwa aliran musik ini, sekalipun didengar oleh orang tua, juga bisa mengikuti perkembangan zaman.

Lalu lagu apa yang harus didengar antara Backburner dan Cinta dan Air Mata? Antara Autumn atau Pupusien Nelongso, atau bingung memilih antara mendengarkan Nadin Amizah atau Difarina Indra? Memilih Bernadya atau Dinda Teratu? Untuk menemani suasana hati yang sedang galau. 

Jawabannya adalah pilih lagu senyamanmu. Terlepas itu lagu indie maupun dangdut atapun dead metal sekalipun tidak ada salahnya. Asalkan tidak mengganggu orang lain dan tidak merugikan orang lain maka tidak ada salahnya, yang salah adalah mereka yang mengkotak-kotakan selera musik.

Tak ada salahnya ketika seorang duda usia 50 tahun memutar lagu Kini Mereka Tau dari Bernadya karena galau sehabis diceraikan istrinya, dan tidak ada salahnya juga ketika seorang Immawan menitihkan air mata karena menghayati lagu Kandas dari Evie Tamala sendirian di dalam kosnya karena galau sehabis di-ghosting Immawati berkerudung pashmina ceruty itu. 

Yang salah adalah ketika galau sambil mendengarkan Blue dari Yung Kai, KARENA ITU BUKAN LAGU GALAU!!!!


Editor: Itsna Aprilia Nur

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA