Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Realitas Keamanan di Kota Metropolitan, Tidak Seindah yang Dibayangkan

Gambar oleh jiraroj, diunduh melalui istockphoto.com
Penulis: Amizy Nova Airul Ayunda Kurniawan (Kader PK IMM Leviathan)


Surabaya adalah kota perantauan saya dalam menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Kota ini dipenuhi gedung-gedung yang menjulang tinggi serta gemerlap lampu penerang jalan di setiap sudut malam.

Namun, realitasnya tidak selalu seindah yang dibayangkan. Sudah sekitar enam bulan saya tinggal di Surabaya. Tentu, teman-teman yang lebih lama menetap di sini lebih memahami seluk-beluk kota ini.

Namun, dalam waktu singkat saya sudah merasakan kekhawatiran, terutama saat sering mendengar berita tentang kehilangan sepeda motor. Situasi ini sangat berbeda dengan kampung halaman saya, Bojonegoro, di mana memarkir motor di halaman rumah tidak menimbulkan rasa khawatir. 

Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, saat ini sedang menghadapi masalah serius dalam hal keamanan. Kasus pencurian motor yang semakin sering terjadi menunjukkan bahwa situasi keamanan di kota tersebut dalam keadaan darurat.

Dikutip dari Radarsurabaya.jawapos.com Selama satu bulan lebih terakhir Satreskrim Polrestabes Surabaya dan Polsek jajaran mengungkap terjadi 70 kasus pencuri motor, yang mana 56 TKP di permukiman, 11 di jalan umum dan 3 kasus di tempat parkir pertokoan. 

Maraknya pencurian motor tidak hanya merugikan warga secara ekonomi, tetapi juga menciptakan rasa tidak aman di tengah masyarakat lokal maupun pendatang seperti saya, apalagi kalau harus beraktivitas diluar kos atau kampus. Meskipun motor sudah dikunci ganda, tapi di dalam hati masih merasa gelisah.

Pengalaman tinggal di Surabaya, sudah dua kali terjadi pencurian motor disekitar kos tempat tinggal saya, gang III Wonocolo. Ibu kos bahkan mengirim pesan himbauan agar menjaga motor masing-masing serta mengirim foto dan video rekaman CCTV kejadian pencurian motor.

Banyak kasus terjadi di tempat-tempat umum seperti parkiran minimarket, kampus, bahkan di depan-depan rumah. Pelaku kejahatan semakin berani dan terkadang menggunakan kekerasan jika aksinya digagalkan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa keamanan di Surabaya masih perlu diperbaiki.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab meningkatnya kasus pencurian motor adalah lemahnya patroli keamanan khususnya di gang-gang kecil, kurangnya penerangan di sejumlah titik rawan, serta masih banyaknya tempat parkir yang tidak memiliki sistem keamanan memadai.

Pemerintah kota dan aparat kepolisian harus segera mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini. Agar kota Surabaya menjadi aman bagi seluruh warganya. baik penduduk asli maupun para pendatang yang menempuh pendidikan dan bekerja di sini.

Langkah konkret harus segera diambil untuk menekan angka pencurian motor yang semakin meresahkan.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah meningkatkan patroli keamanan, terutama di kawasan-kawasan yang sering menjadi target pencurian. Patroli yang lebih rutin dan terfokus di daerah rawan bisa memberikan efek jera bagi para pelaku kejahatan.

Selain itu, pemasangan CCTV di titik-titik strategis seperti parkiran umum, gang sempit, dan sekitar minimarket dapat menjadi solusi dalam membantu aparat mengidentifikasi pelaku kejahatan dengan lebih cepat.

Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Bagong Suyanto, Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (UNAIR), dalam wawancaranya dengan Suara Surabaya, salah satu solusi untuk mengatasi maraknya pencurian motor adalah dengan memutus mata rantai kejahatan. Menurut beliau, aparat hukum memiliki peran penting dalam membongkar jaringan pelaku agar kejahatan ini tidak terus berulang. 

Tidak hanya dari aparat, kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan. Masyarakat harus lebih waspada dalam menjaga kendaraan mereka, misalnya dengan menggunakan kunci ganda, parkir di tempat yang lebih aman, serta saling mengingatkan jika melihat gerak-gerik mencurigakan di lingkungan sekitar.

Kampus dan tempat-tempat umum juga perlu memperketat sistem keamanan, termasuk menerapkan kebijakan parkir yang lebih ketat dengan penjagaan dan pendataan kendaraan.

Selain itu, pemerintah kota bisa menggandeng komunitas atau organisasi lokal dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih aman.

Program-program seperti “Kampung Aman” atau “Siskamling Digital” yakni melapor secara online berbasis aplikasi bisa menjadi solusi inovatif dalam meningkatkan keamanan berbasis partisipasi masyarakat.

Kejahatan memang tidak bisa sepenuhnya diberantas, tetapi langkah-langkah pencegahan yang tepat akan sangat membantu dalam mengurangi risiko dan menciptakan rasa aman bagi warga.

Jika pemerintah, aparat kepolisian, dan masyarakat bekerja sama, Surabaya bisa menjadi kota metropolitan yang bukan hanya maju secara infrastruktur, tetapi juga nyaman dan aman bagi setiap orang yang tinggal di dalamnya.


Editor: Restu Agung Santoso


Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA