Ikatan Sudah Hancur?
Gambar oleh Fotomek, diunduh melalui istockphoto.com |
Penulis: Farel Rivano Rahanmitu (Anggota Bidang Organisasi Koorkom IMM UINSA)
Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah, organisasi kebangaan kita semua. Mungkin ada beberapa yang tidak bangga, tapi ya sudah lah ya. Sebuah ikatan yang mempunyai tujuan “Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam dan bla bla bla. Saya yakin kalian sudah tahu ya, jika tidak tahu…sepertinya kita harus mengembalikan Kakanda Muzaki ke koorkom dan menghantui kalian dengan perkataan pok woco dan pok nulis.
Tidak perlu dijelakan lagi lah ya tentang IMM itu apa, dll. Kalian para
kader yang “si paling” IMM, sudah tentu mengikuti DAM ataupun PID, pun kader
yang masih sekedar DAD harusnya sedikit tahu lah.
“Ikatan sudah hancur,” apakah benar?
Mari kita menanyakan hal ini kepada diri kita sendiri “Iyo ta ikatan
sudah hancur?” maksud ikatan yang sudah hancur banyak sekali kita lihat dalam ranah
IMM. Padahal nama organisasi kita adalah IKATAN.
Beberapa kali saya bertanya kepada senior yang berada di IMM UINSA,
kenapa namanya Ikatan? Bukan perkumpulan ataupun himpunan? Dan mereka menjawab alasan
kenapa IMM menggunakan “ikatan” adalah karena kita saling mengikat, entah itu
secara emosional maupun yang lain.
Wah organisasi
yang sangat diidam-idamkan, bukan?
Tapi faktanya, kenapa banyak sekali perpecahan di dalam IMM itu sendiri
yang di mana perpecahan itu dikarenakan kepentingan pribadi? Yah, kepentingan
pribadi ini bisa disebut sebagai kepentingan komisariat, kepentingan cabang,
maupun kepentingan daerah. Yah, harusnya untuk seukuran DPD akur yaaa.
Kita terlalu mengurus kepentingan pribadi kita, yang dimana hal ini
sedikit rancu untuk kita selaku kader IMM dan lebih rancu lagi buat “si paling”
IMM ini ya. Salah satu realitasnya dimana kita kurang mengikat sesama teman dan
terkadang membuat pertengkaran tidak jelas.
Entah itu saling merebutkan dana AUM. Contohnya komisariat A dan B
rebutan menyebar proposal di AUM selatan. Entah itu terlalu komisariat sentris,
entah itu koorkom sentris, ya yang ini kayak saling menjegal saat pemilihan
ketua cabang chuaks.
Apalagi yang paling terakhir ya, kayak bro, what the hell? Apa
yang kita lihat bahwasanya kita adalah sebuah organisasi ikatan. Dan ikatan ini
bukan hanya ada di fakultas anda, bukan hanya ada di kampus anda. Tapi ada di
Indonesia.
Hanya untuk kepentingan perkumpulan anda dan tidak melihat kepentingan
ummat like “Bro, lu ikut Organisasi IMM?” yang dimana IMM ini mengikuti
tujuan Muhammadiyah. Dan tujuan Muhammadiyah sendiri adalah mewujudkan agama Islam
yang sebenar-benarnya.
Agama Islam sendiri tidak pernah mengajarkan keegoisan kepada umatnya.
Bahkan, Nabi besar kita tidak pernah mementingkan keuntungan pribadinya,
melainkan keuntungan demi umat.
Lalu kenapa anda lebih memilih keuntungan pribadi dari pada keuntungan umat?
Mungkin terlalu tinggi kita membahas hal itu. Namun, mari kita lihat ke
diri kita sendiri. Apakah kita adalah seorang kader yang baik? Atau, mari kita
buat pertanyaan yang lebih baik lagi. Apakah kita seorang manusia yang baik?
Masuk IMM adalah pilihan kita sendiri tanpa ada paksaan. Tapi ada
paksaan menulis di dalamnya. Bahkan mungkin jika anda membaca tulisan ini. Saya
sudah dikritik habis-habisan oleh Kakanda Muzaki.
Jadi, ketika kita sudah sampai di titik mengikuti MASTA ataupun
mengikuti pengkaderan yang lainnya. Terus tiba-tiba kita menghilang dan
meninggalkan teman-teman kita, yah sepertinya kita kurang memahami redaksi
ikatan dalam IMM sih.
Mari berkaca, ketika kita harus melakukan semuanya dan teman kita
meninggalkan kita sendirian, kan jadi
tidak enak.
Lalu, apa hubunganya dengan ikatan itu sendiri? Ya memang perlu
dijelaskan? Tidak ya, saya yakin pembaca dari tulisan ini bisa melogikakan
hubungannya. Jika masih tidak paham, yah
anda harus menghadap Muzaki secepatnya.
Tulisan ini adalah bentuk refleksi untuk kita bahwasanya untuk apa kita
ikut di dalam ikatan ini, aktif di dalamnya, dan melaksanakan proker yang kita
dapat hanya untuk diri kita sendiri? Jika untuk kalian sendiri, maka buatlah
organisasi sendiri saja yang mau memberi makan ego kalian.
Tujuan kita jelas yaitu berdakwah dan mengusahakan tujuan Muhammadiyah
itu tadi dan bukan untuk membuat koorkom atau komisariat terbaik.
Jika hal itu masih ada di benak kita, maka pertanyaan berikutnya,
“APAKAH
BENAR IKATAN KITA SUDAH HANCUR?”
Editor: Belly Ubaidila