Generasi Z dan Dilema Rumah: Lebih Pilih Sewa daripada Beli?
Zaman dulu, beli rumah adalah simbol kedewasaan dan kesuksesan. “Udah kerja”, “udah nikah”, terus beli rumah biar dianggap berhasil. Tapi buat Gen Z? Tenang aja, bagi mereka beli rumah bukan prioritas. Daripada ngumpulin DP rumah yang harganya makin tidak masuk akal, mereka lebih berpikir buat menggunakan uang itu ke investasi. Jika benar, DP rumah sekarang, nanti hasil investasinya bisa buat beli rumah dengan lebih nyaman, 100% masuk akal.
Menurut survei dari Bank Indonesia (2020), 70% dari milenial dan Generasi Z lebih memilih menyewa dari pada membeli rumah karena harga rumah sekarang seperti mimpi di siang bolong, terutama di kota besar. “Buat apa nabung mati-matian buat DP rumah, kalau duitnya bisa diinvestasikan dulu?” “Misalnya ke saham, reksa dana, atau bahkan kripto” (eh, tapi ati-ati ya, yang ini berasa kaya naik roller coaster).
Sewa sekarang, investasi, nanti jadi Sultan. Selain masalah cuan, Gen Z cinta banget sama yang namanya fleksibilitas. Hidup sekarang serba dinamis, bro! Hari ini kerja di Jakarta, besok dapet tawaran di Bali, lusa siapa tau dapat kesempatan kerja di Tokyo. Bayangkan kalau sudah keburu beli rumah terus harus pindah karena kerjaan, beban banget, kan?
Penelitian dari Urban Land Institute (2021) menyebutkan, 55% dari Gen Z yang berusia 18-24 tahun lebih memilih menyewa karena mereka tidak ingin terikat di satu tempat. Buat mereka, menyewa itu seperti punya cheat code buat hidup gampang pindah-pindah. Tinggal angkut koper, “dadah-dadah”, dan tidak perlu pusing memikirkan jual rumah atau bayar pajak properti yang kadang bikin kepala cenat-cenut.
Sewa rumah ini jadi jurus pamungkas mereka. Gen Z bukan sembarangan asal sewa, tapi mereka punya strategi keuangan yang jenius. Kalau generasi sebelumnya beranggapan bawah “Rumah adalah aset paling penting,” Gen Z justru mikir, “Rumah bisa nunggu, mending investasi dulu biar uangnya berkembang dulu.” Contoh, kalau uang yang seharusnya buat cicilan rumah diputar saham, dengan rata-rata return 10% per tahun, dalam 15 tahun uangnya bisa jadi berkali-kali lipat. Gen Z percaya bahwa menyewa memberi mereka fleksibilitas lebih, mereka juga bisa investasi sembari menunggu waktu yang tepat untuk beli properti. Dan hasil akhirnya? Bukan cuma bisa beli satu rumah, tapi mungkin dua rumah sekaligus. Jadi sultan, siapa takut!
Keputusan yang lebih realistis. Bayangkan saja kalau uang yang tadinya digunakan cicilan rumah diinvestasikan tiap bulan. Bisa buat beli saham, reksa dana, atau bahkan apartemen kecil buat disewakan. Penghasilan dari sewa properti ditaruh lagi di investasi. Begitu terus sampai uangnya berputar seperti kincir angin. Gen Z menunda beli rumah bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih fokus membangun karir dan mengumpulkan investasi yang lebih cepat balik modal. Jadi, dalam beberapa tahun mereka bisa punya aset jauh lebih besar dibanding mereka yang terburu-buru beli rumah.
Dalam situasi ekonomi yang makin tidak terkondisikan ini, menyewa dan berinvestasi adalah pilihan yang paling masuk akal buat Gen Z. Ini bukan soal malas beli rumah, tapi mereka sadar cara terbaik buat mengelola uang mereka. Deloitte dalam studinya juga mengatakan kalau Gen Z cenderung lebih memilih fokus pada pengalaman hidup dan investasi jangka pendek. Jadi mereka pilih menyewa, investasi, sambil mengamati peluang buat beli rumah yang lebih nyaman di kemudian hari.
Apa yang bisa kita pelajari dari Gen Z? Mereka mengajarkan kita bahwa sukses finansial tak melulu soal seberapa cepat bisa punya rumah sendiri. Kebebasan, fleksibilitas, dan investasi yang cerdas bisa jadi kunci sukses jangka panjang. Menyewa rumah sekarang adalah bagian dari strategi besar untuk masa depan keuangan yang lebih cerah. Maka, apakah ini cara yang benar? Itu kembali pada preferensi masing-masing, tapi yang jelas Gen Z siap mengambil jalan yang berbeda. Dan siapa tahu, ini justru jalan yang lebih cerdas, kan?
Editor: Naufal Zaidan Aryunsah