Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menggugat Ketidakadilan: Strategi Melawan Otoriter dan Membangun Masyarakat Merdeka

oleh reklamar, diunduh melalui istockphoto.com
Penulis : Ahmad Fikri (Ketua Bidang Media dan Komunikasi PK IMM KUF)


Penindasan oleh sekelompok kecil penjajah dan kapitalis merupakan hasil dari ketidakmampuan mayoritas individu untuk bekerja sama dan mengatur diri mereka guna mencapai pembebasan rakyat dan tanah yang terjajah. Kelompok seperti polisi perdamaian, aktivis media sosial, calon politisi, dan reformis yang mencoba mengubah sistem dari dalam sering kali berkompromi dengan otoritas, yang pada akhirnya menghancurkan gerakan sosial.

Berdialog dengan mereka yang berkuasa hanya memperkuat posisi mereka di puncak hierarki. Dis-organisasi (organisasi yang buruk), dan isolasi pada akhirnya mendukung kolonialisme dan kapitalisme karena tidak memungkinkan adanya akumulasi kekuatan yang cukup untuk melawan sistem tersebut.

Kita harus memilih antara mencoba mendapatkan tempat di meja para penjajah atau menghancurkan meja itu sehancur-hancurnya dan menentukan hidup kita sendiri tanpa meminta pengakuan dari mereka yang berkuasa. Di jalanan atau ruang komunitas, kita harus aktif membongkar dan merefleksikan mekanisme yang mereproduksi siklus otoritas dan penyalahgunaan kekuasaan.

Kepemimpinan dan posisi kekuasaan sering kali menciptakan kembali dinamika interpersonal yang sangat berbahaya seperti patriarki, rasisme, dan ableisme. Sebagai gantinya, kita dapat fokus pada perwujudan afinitas, membangun peran khalayak, dan solidaritas untuk membebaskan gerakan dan komunitas kita dari cengkeraman otoritas.

Persetujuan publik terhadap tindakan pemerintah sering kali dicapai melalui media, iklan, atau propaganda lainnya, bukan melalui pertimbangan atau diskusi publik yang sebenarnya. Mereka yang berkuasa memiliki kemampuan untuk membentuk opini publik dan memanipulasi persepsi untuk mendukung agenda mereka, meskipun bertentangan dengan kepentingan rakyat.

Demokrasi, secara teori, didasarkan pada partisipasi dan persetujuan warga dalam pengambilan keputusan politik. Namun, dalam praktiknya, banyak yang menggunakan kekuatan mereka secara menindas terhadap individu dengan pendapat berbeda, melalui kontrol media, penyebaran informasi selektif, manipulasi emosional, tekanan ekonomi, dan politik.

Situasi ini meningkatkan risiko pemimpin otoriter menggunakan demokrasi untuk mengonsolidasikan kekuasaan mereka dan merusak institusi. Mereka mungkin memanipulasi atau membatasi kebebasan pers, melemahkan kontrol kelembagaan, dan menggunakan badan represif serta organisasi kriminal, sambil mempertahankan penampilan legitimasi demokratis dengan persetujuan publik.

Kita perlu secara individu dan kolektif mencari cara untuk mematahkan cetakan sosial yang ada di dalam diri kita, yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita, serta cara kita menormalkan berbagai perilaku yang merugikan, seperti ketidakadilan dan kekuasaan yang tidak adil. Perilaku dan hubungan ini mengarahkan kita pada perubahan sosial dalam sistem di mana kita mencoba untuk hidup bersama.

Kita harus sadar dan mulai menghancurkan semua sarana eksploitasi yang dikendalikan oleh musuh. Keputusan untuk bergerak ke arah ini harus datang dari diri kita sendiri. Kita bisa menemukan kawan-kawan yang berbagi keintiman dalam aksi revolusioner dan berkontribusi pada organisasi informal yang lebih besar untuk mengoordinasikan upaya berbagai kelompok otonom.

Tetaplah waspada dan jangan percaya pada kebohongan yang disebarkan tentang kita. Mungkin ada yang menganggap kita tidak bertanggung jawab dengan melawan, tetapi kita tahu betul konsekuensi dari tindakan kita, termasuk kemungkinan kematian atau penjara seumur hidup. Kita semua punya teman yang telah disiksa atau dibunuh dalam perjuangan ini.

Kita harus terus berjuang karena kita percaya pada kemungkinan dunia yang lebih baik. Banyak hal dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan kita, seperti senjata, informasi, pelatihan, dan teknik yang memadai. Namun, yang paling penting adalah mengorganisir diri dan merangkul orang di sekitar kita. Rakyat harus membebaskan dirinya sendiri.

Dari keseharian kita menolak penindasan, di tengah masyarakat yang diwarnai ketidakadilan, kita membawa kemarahan dan mengusulkan perubahan, berjuang, bernyanyi, menangis, menari, dan berani memimpikan dunia yang lebih baik. Bahkan jika segala aspek kehidupan tampak sepenuhnya dikendalikan oleh otoritas, selalu ada ruang untuk berkumpul, mencintai, dan melawan. Dan kita bisa memperluas ruang-ruang ini.


Editor : Mohammad Ulil Azmi Al Huraibi
Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA