Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Lebih Dekat Kader IMM Menurut Kacamata Trikoda

Oleh Arsenik, diunduh melalui istockphoto.com

Penulis: Syurahbiel Al Hasyier (Ketua Bidang Kader PK IMM Leviathan)


Pada Hari Sabtu 14 Maret 1964, terbentuklah suatu gerakan mahasiswa yang hingga saat ini dikenal sebagai Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). IMM adalah organisasi gerakan mahasiswa Islam, sekaligus Organisasi Otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan.

Organisasi yang dibentuk di Yogyakarta ini, saat itu hanya terfokuskan pada dua aspek; kemahasiswaan dan keagamaan yang saat ini berkembang menjadi tiga aspek; Keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan yang disebut Trilogi. Dari Trilogi inilah akan muncul tiga kompetensi dasar IMM atau Trikoda, yakni:

1. IMM sebagai gerakan Religius

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kader IMM merupakan kader yang memiliki nilai-nilai Religius atau Keislaman. Nilai ini akan membawa pembaharuan keagamaan yang menyangkut pada pemikiran dan realisasi keislaman dalam kehidupan. Dalam hal ini, IMM yang merupakan Otonom Muhammadiyah di tingkat mahasiswa yang membawa pembaharuan keislaman di lingkup kampus/universitas hingga masyarakat.

2. IMM sebagai gerakan Intelektual

Kader IMM sangat diunggulkan terutama dalam hal intelektualnya. Tentu karena IMM memiliki prinsip bahwa melalui IMM diharapkan kader-kader dapat membawa pembaharuan terhadap keilmuan. Sebagai kader IMM harus mampu berpikir universal tanpa adanya pembatasan serta tidak memiliki sifat eksklusivisme. Kader IMM diharapkan dapat memiki pemikiran yang progresif, kritis, kreatif, inovatif serta memiliki wawasan yang luas.

3. IMM sebagai gerakan Humanitas

Humanitas atau kemanusiaan dalam konteks IMM maksudnya adalah bahwa kader IMM seyogyanya dapat memanusiakan manusia yang dalam bahasa Arab biasa dikenal dengan fi ahsani taqwim. Proses manusiawi merupakan transformasi kesadaran manusia yang sesungguhnya.

Dari Trikoda ini lah dapat diartikan bahwa IMM diharapkan dapat membentuk kader sebagai akademisi yang tidak hanya unggul dalam intelektualnya saja, akan tetapi dapat unggul dalam keagamaan maupun humanitasnya.

DAD adalah bagian utama sistem perkaderan IMM yang diselenggarakan dalam kesatuan waktu tertentu dan berjenjang. Tujuan DAD yaitu membentuk karakter, kepribadian, serta mutu para kader IMM sehingga mencapai kualifikasi kader kompeten.

Di dalam AD/ART IMM sudah ditegaskan bahwa tujuan IMM adalah mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, IMM sudah menerapkan sistem perkaderan guna terwujudnya kader yang unggul dalam yang salah satu dan pertamanya melalui Darul Arqom Dasar (DAD).

Rangkaian kegiatan DAD dilakukan dalam rangka menginternalisasi ideologi, menumbuhkan wacana intelektual, dan membentuk kader yang siap menjadi pimpinan komisariat. Tidak hanya itu, tentu saja IMM seringkali menggunakan gerakan-gerakan baru dalam proses perkaderan sesuai dengan mengikuti perkembangan zaman.

Bahkan untuk mengembangkan aspek-aspek ini IMM bisa memanfaatkan berbagai tempat dan cara yang berbeda-beda. Contohnya dalam hal keagamaan IMM sering menggunakan Masjid sebagai tempat perkaderan, terkadang juga menggunakan kantor Koorkom (Koordinator Komisariat) sebagai tempat kajian.

Dalam hal keilmuan seringkali IMM menggunakan kampus atau warung kopi/cafe sebagai tempat diskusi. Tentu ini merupakan hal yang dapat menarik bagi kalangan Milenial dan Gen Z yang suka berkumpul di warung kopi/cafe sehingga dapat membawa hal positif di dalam tempat itu.

Tak hanya soal tempat, IMM juga seringkali mengkaji isu-isu terbaru sehingga dapat memberikan wawasan baru sebagai bahan penelitian atau pengetahuan. Jika dilihat isu-isu yang dibawakan oleh tiap komisariat, koorkom, hingga cabang sangatlah beragam, seperti isu lingkungan, pemberdayaan, kesehatan, gender, ekonomi, hukum dan isu-isu aktual lainnya.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa IMM tidak hanya terfokuskan terhadap satu isu atau satu permasalahan saja, namun setiap komisariat mengkaji permasalahan masing- masing sesuai fokusnya, dari hal ini lah diharapkan dapat membawa Indonesia jauh lebih baik di segala aspek dengan gagasan yang ditawarkan.

Mari kita bayangkan jika setiap komisariat membawa isu dan permasalahan, satu-satu lalu dikaji dengan baik dan benar, lalu disampaikanlah kepada pemerintah, dan oleh pemerintah diolah lagi. maka akan mendorong terbentuknya masyarakat yang dicita-citakan.

Ada satu hal yang tidak kalah penting selain menyandang identitas sebagai kader IMM, yaitu di manakah anda ingin berlabu memberikan kontribusi akan kemajuan bangsa dan negara ini? Tak heran, jika alumni IMM bertebaran di berbagai bidang untuk terus bergerak. Ada yang di Muhammadiyah, lembaga sosial, lembaga riset, lembaga negara, lembaga masyarakat, dan lain sebagainya.

Maka di sinilah konsep amal yang sesungguhnya diusahakan dengan peran yang lebih besar, terukur dan sistematis. Dalam konteks inilah IMM sangat membutuhkan ilmu sebagai kunci pembawa kemajuan peradaban bangsa dan negara.

Tentu saja hal ini lah yang diharapkan oleh IMM sehingga kader-kadernya dapat mengambil peran untuk berkonstribusi dalam kemajuan bangsa dan negara. Sehingga ilmunya tidak hanya didapatkan lalu hilang begitu saja, tapi berguna untuk agama, bangsa, dan negara. Seperti yang telah tertuang dalam salah satu enam penegasan IMM; Ilmu amaliah, amal ilmiah.


Editor: Belly Ubaidila

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA