Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Triliyunan Hilang, Hati pun Bimbang: Kisah Cinta Putusnya Muhammadiyah dan BSI

Gambar oleh Kriscole, diunduh melalui istockphoto.com

Penulis: Azhar Ainun Hidayat (Kader PK IMM FEBI)


Di separuh perjalanan tahun 2024 ini, Muhammadiyah, Organisasi Islam terbesar dan tertua di Indonesia, tiba-tiba bikin geger dunia perbankan syariah dengan pengumuman mengejutkan. 

Mereka memutuskan untuk menarik dana yang ternyata mencapai lebih dari 13 triliyun rupiah dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Keputusan ini seperti tamparan keras yang datang tiba-tiba, bikin dunia perbankan kalang kabut. Apa sih yang sebenarnya terjadi di balik layar drama ini?

Semua bermula pada tahun 2022, saat Muhammadiyah dan BSI menjalin kemitraan strategis penuh harapan untuk mengembangkan ekonomi sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Indonesia. 

Kisah cinta yang manis di awal seperti Romeo dan Juliet yang sempurna. BSI memberikan dukungan finansial, sementara Muhammadiyah membawa basis konstituen yang besar dan beragam. Tapi, seperti kisah cinta tetangga sebelah, perlahan-lahan mulai muncul rintangan dan permasalahan antara keduanya.

Lama-kelamaan, Muhammadiyah merasa kecewa. BSI yang diharapkan menjadi partner yang setia untuk mengembangkan ekonomi Indonesia melalui sektor UMKM, ternyata lebih banyak memanfaatkannya kepada perusahaan-perusahaan yang besar. 

Hal ini jelas bikin kecewa, apalagi untuk Muhammadiyah yang fokusnya adalah untuk mengembangkan ekonomi umat rakyat kecil. Selain itu, margin yang diterapkan BSI pada sejumlah proyek besar juga dianggap terlalu tinggi.

Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Industri Halal, Anwar Abbas, bahkan sempat curhat, ”Penempatan dana Muhammadiyah terlalu berpusat di BSI, sehingga secara bisnis dapat memunculka risiko konsentrasi perbankan (concentration risk)”.

Lalu, keluarlah MEMO Muhammadiyah nomor 320/1.0/A/2024 yang bikin heboh itu. Isinya adalah instruksi tegas kepada seluruh jajaran Muhammadiyah juga Aisiyah dari Pimpinan Pusat hingga Pimpinan Ranting, Perguruan Tinggi Muhammadiyah, Rumah Sakit, Koperasi dan seluruh Amal Usaha Muhammadiyah dan Aisiyah untuk memindahkan pembayaran gaji pegawai dan mengganti semua transaksi ke bank syariah lain. Alasannya? Muhammadiyah ingin menciptakan persaingan antara perbankan syariah yang ada di Indonesia menjadi lebih sehat dan seimbang.

Kenangan indah sejuta harapan. Apa yang terjadi selanjutnya?

Keputusan ini membuat banyak pihak bereaksi. BSI harus putar otak mencari cara untuk memperbaiki citra dan mengembalikan kepercayaan yang hilang. Di sisi lain, bank-bank syariah lainnya malah senang bukan main. 

Ini kesempatan emas buat mereka untuk mendekati Muhammadiyah. Mereka berlomba-lomba menawarkan insentif berbagai program menarik. BSI? Mereka harus menghadapi kenyataan pahit dan mulai instrospeksi.

Tapi, jangan buru-buru mengira ini adalah akhir dari kisah cinta Muhammadiyah dan BSI. Siapa tahu kalau BSI bisa menunjukkan perubahan nyata dan kembali ke jalur yang sesuai dengan visi Muhammadiyah, bisa jadi kisah cinta ini akan diperbarui. 

Untuk saat ini, Muhammadiyah tampaknya sudah siap move on. Langkah ini adalah bagian dari upaya mereka untuk terus menjaga integritas dan fokus pada misi mereka.

Drama ini bukan sekadar soal uang, tapi soal prinsip dan komitmen. Apakah BSI akan bangkit dan memperbaiki diri? Apakah Muhammadiyah akan menemukan partner baru yang lebih cocok? Kita tunggu saja kelanjutannya. Yang jelas, drama ini sudah bikin dunia perbankan syariah di Indonesia jadi lebih seru!

Bayangkan kalau ini adalah sinetron, mungkin judulnya bakal jadi "Triliunan yang Tertunda" atau "Cinta Syariah yang Terluka". Tapi ini adalah kejadian di dunia nyata, di mana uang triliunan rupiah dan nasib banyak orang dipertaruhkan. 

Muhammadiyah dengan tegas memilih untuk menjaga integritas dan fokus pada misinya, sementara BSI harus introspeksi dan memperbaiki citra.

Bank-bank syariah lainnya tentu tidak mau melewatkan kesempatan ini. Mereka sudah bersiap-siap dengan berbagai penawaran menarik untuk memikat hati Muhammadiyah. Siapa tahu, ada bank yang bakal bikin penawaran promo "Buka Rekening Syariah, Dapat Bonus Umrah!" atau "Pinjaman UMKM dengan Bunga Serendah Senyum Manis!"

Namun, satu hal yang pasti, drama ini memberi pelajaran penting bahwa dalam dunia perbankan, kepercayaan adalah segalanya. Siapa yang mampu menjaga dan memelihara kepercayaan, dialah yang akan bertahan dan meraih kemenangan.

Jadi, kita tunggu saja babak selanjutnya dari drama triliunan ini. Apakah BSI akan bangkit dari keterpurukan? Apakah Muhammadiyah akan menemukan partner baru yang lebih baik? Ingat, drama ini belum berakhir, dan kita semua masih menantikan episode-episode berikutnya yang pasti lebih seru dan menegangkan!


Editor: Belly Ubaidila

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA