Kader-Kader Petelur
Penulis:
Mahbub Junaidi (Ketua Bidang Organisasi Koorkom IMM UIN Sunan Ampel Surabaya)
Suaramu
tak sama dengan gerakan, senyaring ayam yang hendak bertelur berteriak kesana
kemari mencari pertolongan hingga sekampung datang dan berdiam membantu
berteriak. Aku pun bingung mau kuapakan, sebab aku pun tak mampu untuk
mengeluarkan. Dukun bayi kupanggil untuk membantu perteluran. Dia mencoba
merancang sebuah strategi perbidanan. Dikumpulkannya buku-buku rujukan membuat
skema-skema yang pernah dipelajari dan dilakukan. Namun, sayang hasilnya cukup
mengecewakan. Ia menutup gerakan dengan ucapan yang mengecewakan.
“Maaf
tuan, aku tak mampu untuk membantu perteluran, yang ada hanya ayam itu sendiri
untuk berjuang.” ucap
si Dukun Bayi.
Berhari-hari
bersuara, siang malam tak kenal waktu untuk menyuarakan. Setiap ayam diajaknya
untuk membahas perteluran. Tak kenal itu jantan atau betina semuanya ia anggap
sebagai bidan. Yah, memang itu adalah bidan. Namun, Si Bidan hanya bisa
membantu melalui perancangan dan pendampingan. Sejatinya yang menjalankan
adalah ia yang hendak bertelur dan menetaskan. Begitulah kiranya sebuah
perkaderan.
Ku
kira seorang kader tidak jauh berbeda dengan konsep ayam yang hendak bertelur,
hanya saja yang membedakan di sini adalah tentang cara pengeluaran. Seekor ayam
mengeluarkan produksinya melewati lubang yang bernama si**t (yah aku tidak mau
menyebutkannya dengan jelas), sedangkan seorang kader mengeluarkan apa yang
dipikirkan melalui aktualisasi gerakan yang berlandaskan apa yang dipikirkan.
Masih
teringat betul perkataan Bapak Ketua Ranting Muhammadiyah Desa Takerharjo pada
saat melakukan Follow Up disana, “Nek nduwe ilmu, wes ngerti carane,
wes paham teorine, mbokyo digawe dipraktekno seng temen ben wong-wong iku yo
podo ngertine, podo iso sinaune. Nalikane gak mbok tularno iku duso, mergo
gusti Allah nitipno nang nggonmu iku onk seng butuh dan seng butuh iku
uwong-uwong seng onok nang sandingmu”.
Tutur
kata ini sangat mewakili isi enam penegasan nomor lima yang berbunyi, “Amal
ilmiah, ilmu amaliah”. Adanya poin ini bukan serta merta hanya sebatas pajangan
saja atau kata-kata puitis yang menarik untuk dibaca. Namun, semua itu memiliki
makna yang mendalam. Setiap katanya selalu berkorelasi dengan ayat-ayat Allah yang
suci. Sehingga sudah barang tentu kita sebagi kader yang dididik sejak MABA
(Mahasiswa Baru) hingga sampai purna-usia berkewajiban dalam menjalankannya.
Perkaderan
yang kita tempuh sejak awal adalah MASTA (Masa Ta’aruf dan Orientasi
Mahasiswa). MASTA merupakan tahap pertama mengenal IMM (Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah) yang dengan acara tersebut kader diajak berkenalan langsung
dengan kondisi dan dinamika IMM terkhusus IMM UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam
hal ini banyak sekali runtutan acara yang telah disiapkan, mulai dengan kajian
pra-MASTA hingga masta itu berakhir yang berjalan selama 3 hari 2 malam. Dalam
acara masta sendiri terdapat kajian-kajian yang dapat memantik daya kritis para
kader. Apalagi tema masta tahun ini memiliki misi yang membahagiakan yang
tentunya memberi impact yang besar terhadap kader yang
mengikutinya.
Setelah
perkaderan MASTA, disusul dengan perkaderan DAD (Darul Arqam Dasar) yang
menentukan calon kader resmi menjadi kader. Dalam Sistem Perkaderan Ikatan
(SPI) dijelaskan bahwa DAD dilaksanakan selama 5 hari dengan 4 tema materi
wajib yang apabila di breakdown terdapat kurang lebih 20 judul
pembahasan dan masih belum termasuk muatan lokal. Saya kira ketika ini berhasil
dikuasai oleh seluruh kader yang ada, sudah tentu bisa menjadi kepala sekolah
di Surabaya. Wkwkwkwkwk (bercanda tapi nggak lucu).
Sedangkan
di IMM UIN Sunan Ampel sendiri setelah DAD ada yang namanya RTL (Rencana Tidak
Lanjut “eh salah” Rencana Tindak Lanjut), ada Follow Up, ada juga Up Grading,
yang setiap acara memiliki fungsi dan tujuannya sendiri, namun tidak terlepas
dari arah gerak komisariat dan hasil dari DAD. Membahagiakan bukan..??
BUKAAAANNNNNNNNN!!!!!!!
Saya
kira perkaderan di IMM ini sangat menarik, selalu mengajak kita berpikir dan
mencari solusi dalam setiap permasalahan. Sehingga tidak heran jika ada kader
IMM yang berambut panjang karena tidak sempat untuk memikirkan dirinya sendiri.
Adapun yang rambutnya pendek itu dikarenakan menutupi rambutnya yang mulai
rontok.
Dinamika
yang begitu asik dan menarik selalu memiliki kesan yang luar biasa. Tidak ada
seorangpun yang kecewa setelah berorganisasi dan masuk di IMM. Karena banyak
sekali ilmu dan pengalaman yang didapatnya. Hingga sesekali dijumpai para
alumni yang sudah tidak menjabat dijajaran merindukan masa-masa itu dan ingin
mengulangi dinamika yang membahagiakan tersebut.
Kembali
lagi kepada tema awal kita tentang kader yang bertelur “eh salah” Kader dan
ayam yang hendak bertelur. Banyak sekali hal yang kita dapatkan mulai dari MABA
hingga hari ini, namun sangat sedikit orang yang dapat mengaktualisasikan dalam
bentuk yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Sedangkan ketika kita menilik
sejarah Abah Dahlan beliau tak segan-segan memberikan ilmunya kepada siapapun
yang dijumpainya. Melalui gerakan trisula abad pertama yang dapat kita nikmati
bersama hingga sekarang.
Bolak-balik
Indonesia ke Makkah dengan membawa biola bukan unta, beliau mencari ilmu untuk
mencerdaskan umat manusia. Surah Ali-Imron sebagai motivasinya dan Al-Ma’un
sebagai landasan spirit perjuangannya. Tak peduli uang yang dimilikinya, bahkan
harta bendanya ia sumbangkan dalam mendakwahkan Islam yang sebenar-benarnya.
Sedangkan
bagaimana dengan kita yang lebih memilih untuk diam setelah tugas kuliah
selesai? Padahal ilmu yang kita pelajari itu merupakan sebuah titipan dari
Tuhan agar kita sampaikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Maka, agar kita
tidak sama dengan ayam yang hendak bertelur dan meramaikan satu kampung, namun
tidak membuahkan hasil, maka telurkanlah ilmu yang kita miliki dengan sebuah
gerakan yang dapat dirasakan bukan hanya didengar dan dipertanyakan. Sebab,
berapapun jumlah ilmu dan BIDAN (Guru) yang kita jumpai namun tidak
pernah kita ikat niscaya ilmu itu akan hilang. Serta salah satu cara mengikat
ilmu adalah dengan melakukan dan mengamalkan.
SENG NULES YO KESINDER BOLOOOOO… GAK AWAKMU TOK