Penyakit Anak Organisasi
Foto oleh Bongkarn Thanyakij, diunduh dari istock.com |
Penulis: Satria Erlangga (Ketua Bidang Riset dan
Pengembangan Keilmuan IMM FEBI)
Siapa yang dulu awal-awal ikut organisasi dengan
semangat yang membara? Sekarang ke mana? Masih aktifkah? Atau malah justru
menghilang? Dulu kelakuannya seperti si paling organisasi, si paling nurut sama
perintah pimpinan, tak jarang sampai menjilat.
Di setiap organisasi pasti ada sebagian
anggotanya yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, lenyap bagaikan ditelan bumi,
bahasa kekiniannya "ghosting". Banyak alasan yang menyebabkan
mereka tiba-tiba menghilang, entah itu dari faktor personal maupun lingkungan. Berikut
beberapa alasan yang menyebabkan mereka meng-ghosting organisasi.
Alasan yang pertama bisa saja karena ikut
organisasi saat kuliah terkadang membuat bingung untuk mengatur waktu. Entah
itu waktu untuk akademis, organisasi atau sekedar ngopi santai bersama
teman-teman. Tak jarang organisasi juga mengadakan rapat yang lama sekali
sehingga anggota kelimpungan mengatur waktu.
Manusia perlu bersosialisasi agar tidak
terlalu spaneng, namun terkadang organisasi menyita waktu
untuk bersosialisasi, yah walaupun organisasi memang sebagai tempat
bersosialisasi walaupun berbeda konteks. Bersosialisasi di dalam organisasi
terkadang terasa berat karena pembahasannya terlalu abot. Bahkan
ada juga yang tak tahu harus bersosialiasasi bagaimana ketika di lingkungan organisasi.
Alasan lain bisa juga karena tidak nyaman dengan
lingkungan organisasi. Lingkungan organisasi bisa juga menjadi toxic bagi
sebagian anggotanya. Toksisitas dalam organisasi merujuk pada lingkungan yang
dipenuhi dengan perilaku yang merugikan, tidak sehat, dan tidak produktif. Ini
mencakup perilaku seperti intimidasi, pelecehan verbal atau fisik, pemerasan,
rumor jahat, sabotase, persekusi, dan perlakuan tidak adil.
Ada pula candaan di dalam organisasi yang
membuat sebagian anggota merasa tidak nyaman. Hal tersebut membuat suasana
lingkungan menjadi tidak mendukung. Walaupun candaan tersebut lucu bagi
sebagian orang, tapi apakah menurut orang lain itu juga begitu?
Alasan yang terakhir bisa saja karena rasa
malas. Ya, tidak bisa dipungkiri setiap manusia memiliki rasa malas di dalam
dirinya. Rasa malas dalam organisasi adalah perasaan kurang termotivasi atau
enggan untuk bekerja atau melakukan tugas yang diberikan. Ini bisa terjadi pada
individu bahkan menyebar ke seluruh tim atau departemen. Beberapa faktor yang
menyebabkan rasa malas seperti kurangnya tujuan dan motivasi. Ketika anggota
tidak memiliki tujuan yang jelas atau tidak merasa terdorong untuk mencapai
tujuan tersebut, mereka mungkin merasa malas dan kurang termotivasi dalam
berorganisasi.
Bisa juga karena kurangnya penghargaan dan
pengakuan. Jika anggota merasa usaha dan kontribusinya tidak diakui atau
dihargai, mereka mungkin kehilangan motivasi intrinsik dan merasa malas untuk
melakukan lebih dari yang diperlukan.
Lalu bisa juga karena faktor lingkungan
organisasi yang tidak mendukung. Jika lingkungan organisasi diisi dengan
konflik dan ketidakadilan, anggota mungkin merasa malas dan tidak termotivasi
untuk berorganisasi.
Ketidakjelasan peran dan harapan pun dapat
menjadi penyebabnya. Ketika anggota tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang
peran mereka atau harapan yang diletakkan pada mereka, mereka mungkin merasa
bingung atau tidak termotivasi untuk bertindak.
Ada juga yang terlibat konflik Interpersonal. Di
dalam organisasi pastinya ada anggota yang memiliki konflik satu sama lain,
entah secara terang-terangan atau tidak. Konflik yang tidak ditangani dengan
baik akan menciptakan ketegangan dan dapat merusak hubungan kerja serta
menghambat kolaborasi yang efektif.
Di setiap lingkungan, baik di dalam organisasi
atau di luar organisasi, pasti ada namanya konflik interpersonal. Namun konflik
interpersonal di dalam organisasi bisa membuat keretakan hubungan di dalam
organisasi hingga terkadang melahirkan adanya sirkel atau kumpulan individu yang
hanya memperkeruh suasana di dalam organisasi.
Selain itu, kurangnya dukungan dari lingkungan
sekitar juga bisa menjadi alasan kenapa seseorang bisa menjadi malas
berorganisasi. Dukungan yang dimaksud disini adalah dukungan orang tua atau
anggota lain di dalam organisasi tersebut. Beberapa anggota organisasi merasa
tidak didukung oleh lingkungannya hingga membuat anggota tersebut bingung
bertahan atau keluar dari organisasi tersebut.
Saya berikan satu contoh. Saya memiliki salah
satu kader yang tidak didukung oleh keluarganya untuk berorganisasi karena
perbedaan latar belakang organisasi yang ia ikuti saat ini. Namun, hebatnya dia
masih bisa bertahan dalam kondisi demikian. Entah apa yang membuat dia masih
bertahan, namun saya salut akan keteguhannya.
Kita juga perlu dukungan dari orang lain untuk bertahan di dalam suatu lingkungan. Namun pada akhirnya diri sendirilah yang menentukan bertahan atau pergi.