Jadi Versi Diri Sendiri dengan Cara Membangkang
Gambar dari: pexels, sumber: pixabay.com |
Penulis: Naufal Zaidan Aryunsah (Sekretaris Bidang Riset Pengembangan dan Keilmuan IMM Ibnu Rusyd)
Bagaimana
perasaan kita saat menginjak dewasa? Apa yang telah kita lakukan pada masa
dewasa ini?
Menurut
orang-orang, "dewasa itu berat". Ungkapan seperti itu kerap
dilambungkan oleh mereka, seolah menjadi dewasa itu sebuah keluh kesah. Mungkin
karena banyaknya tuntutan, tanggung jawab, dan kepentingan yang harus mereka
kerjakan.
Baik
siapapun yang sedang kuliah, bekerja, maupun berumah tangga pasti ada yang
namanya cobaan yang harus dihadapi. Mayoritas keluh kesah tentang keadaan itu
diungkapkan oleh mereka yang baru saja menginjak masa dewasa. Banyak dari
mereka berasumsi kalau awal mula masa dewasa dipenuhi beban pikiran, tekanan
mental, hingga susahnya menentukan pilihan.
Menjalani
kehidupan saat dewasa ternyata tak lepas dari pengaruh orang-orang di sekitar,
entah dari keluarga, teman, atau mereka yang bersangkutan dengan kita di
lingkungan rumah, dunia kerja maupun kampus. Terkadang, omongan orang lain
sering kali kita pikirkan secara mendalam. Mungkin apa yang sudah dilakukan
oleh orang lain juga menjadi faktor pembatas maupun upaya untuk mengikat, agar
diri ini diharapkan bisa menjadi seperti apa yang mereka inginkan.
Ada
salah satu cara yang perlu kita ambil untuk menghadapi tekanan maupun
permintaan yang tidak kita inginkan, yaitu membangkang. Banyak orang yang
menilai kalau membangkang itu sikap yang seharusnya dihindari. Tapi jika
dipikir lebih panjang lagi, membangkang itu bukanlah tanda kurangnya suatu
sikap. Melainkan membangkang itu adalah pilihan dan bila perlu kita berani
melakukannya.
Lantas
mengapa menjadi diri sendiri juga perlu membangkang? Apa benar membangkang itu
tidak sepenuhnya jadi nilai kekurangan personal?
Ada
kalanya kita mengambil tindakan membangkang, tidak terkecuali pada siapa saja
yang berada di lingkungan kita. Membangkang berarti menyatakan ketidaksetujuan
dan memilih untuk mengabaikan permintaan, dengan tidak menuruti opini maupun
pengaruh orang lain terhadap kita.
Membangkang
itu menuruti kehendak diri sendiri demi terciptanya sebuah keselarasan agar
setiap individu bisa mempunyai keleluasaan dalam menempatkan diri, mendapatkan
sesuatu yang menjadi tujuannya. Perlunya membangkang agar kita bisa bertindak
tanpa adanya rasa terpaksa maupun terbebani atas apa yang orang lain minta.
Karena di mana pun kita singgah, akan selalu ada harapan hingga permintaan dari
orang lain agar kita melakukan apapun sesuai dengan keinginan mereka.
Mungkin
kita merasa kalau orang-orang yang bersangkutan dengan kita membutuhkan
kehadiran maupun empati dari kita. Ada orang yang meminta kerja sama, ada yang
berusaha mengatur, hingga ada segelintir orang yang bermaksud mengandalkan kita
atas dasar sebuah pengorbanan.
Menjadi
pribadi yang dewasa harus punya kemampuan untuk menyeimbangkan pikiran dan
prasangka, mengenal diri sendiri maka harus terlebih dahulu menyadari diri
sendiri. Kita menerima maupun menolak permintaan orang lain, merupakan hak diri
sendiri yang perlu diutamakan.
Contohnya:
Kamu punya segerombolan teman dekat, kamu juga ingin mempertahankan hubunganmu
dengan temanmu. Lantas, jika temanmu mengajak merokok dan mabuk-mabukan,
sedangkan kamu tahu hal itu tidak baik untukmu, apakah kamu menurutinya demi
menjaga sebuah kesetiakawanan?
Di
sebuah organisasi kamu diberikan tugas yang lebih banyak daripada sebagian
temanmu. Sedangkan tugas tersebut ada yang bukan keterampilanmu. Maka, apakah
kamu menyatakan bersedia menanggung banyaknya pekerjaan dan sesuatu yang bukan
keterampilanmu?
Di
dunia kerja nanti, apabila atasanmu memberi perintah untuk tetap masuk kerja,
padahal saat itu istrimu sedang melahirkan, apakah kamu masih menurutinya?
Seringkali,
orang tua atau saudara juga kerap menghimbau pada kita, agar jangan terlalu
sering keluar rumah dan sebaiknya tujuan yang hendak kita capai bergantung saja
pada keluarga. Lalu apakah itu sepenuhnya baik untuk dirimu?
Tentunya
kita menentukan pilihan tak ingin dikekang, apalagi orang yang sudah menginjak
dewasa itu sudah bukan waktunya harus selalu mematuhi aturan yang dibuat orang
lain, tanpa disadari, seseorang yang punya mental dewasa adalah mereka yang
membuat aturan untuk diri sendiri dan mengetahui nilai kebenarannya.
Memang
benar, jika selalu menurut saat diminta dan disuruh adalah sikap anak kecil,
dan orang yang dewasa adalah orang yang berani mengambil keputusan sendiri di
luar kehendak orang lain. Walaupun apa yang kita putuskan itu dianggap salah
oleh orang lain hingga keputusan yang kita ambil memiliki resiko untuk diri
sendiri.
Mulai
saat ini, jangan lagi menganggap bahwa perilaku membangkang adalah hal buruk
yang perlu dihindari. Setiap orang berhak membangkang dengan cara yang berbeda,
bisa dengan berterus terang dengan kata kata maupun bersikap mengacuhkan.
Pilihan
untuk menjadi versi diri sendiri adalah sebuah kebaikan yang hanya dapat
diterima oleh setiap individu, tentang cara mereka mengenali diri sendiri yang
berarti menerima segala permasalahan, tanggung jawab, serta keadaan untuk
mengukur kemampuan diri sendiri dalam menghadapi arah serta proses di setiap
tahapan yang dijalani.
Membangkang
itu wajar dan sebaiknya diterapkan. Apabila perintah tersebut menuju pada
keburukan, kerugian, ketidakadilan, kemunduran, hingga menindas dengan
tuntutan. Namun kita yang ingin membangkang juga perlu memperhatikan cara kita
mengutarakan isi hati serta menghindari segala hal yang dapat memicu
pertikaian, menyampaikan sebuah keluh kesah dengan sebaik-baiknya.
Namun
apabila tak ada tanggapan yang membuat hati lapang dada, maka diam dan
mengabaikan omongan orang adalah satu-satunya cara membangkang terbaik, dari
pada harus berdebat panjang lebar hingga menyulut emosional.